LINTASSULTRA.COM | KONAWE – Masyarakat harus ekstra hati-hati untuk melintas Jalan Poros Kendari – Kolaka tepatnya di Desa Anggalo Moare Jaya dan Anggalomoare, Kabupaten Konawe karena genangan air.
Jalan itu bukan digenangi air biasa, melainkan “sungai yang disertai lumpur” dadakan yang kini menjadi pemandangan akrab setiap kali hujan mengguyur. Dengan demikian, aktivitas masyarakat yang menggunakan akses vital tersebut sangat terganggu.
Hanya dalam hitungan jam setelah tirai hujan dibuka, luapan air segera menguasai badan jalan. Pengendara, baik roda dua maupun roda empat, dipaksa menari di atas genangan yang dalam, melawan arus yang sesekali tampak mengancam.
“Hanya hitungan jam turun hujan, air sudah meluap naik ke badan jalan, bahkan sampai masuk ke rumah warga,” keluh Pur yang merupakan salah seorang pengguna jalan yang ditemui di lokasi, Kamis (12/6/2025).
Namun, di balik genangan yang rutin, tersembunyi sebuah kecurigaan yang menguat di benak masyarakat, jari telunjuk mengarah pada derap langkah perkebunan kelapa sawit di sekitar wilayah itu.
Dugaan kuat ini bukan tanpa alasan, perubahan fungsi lahan yang masif dan sistem pengelolaan air yang dinilai abai dari area perkebunan dituding menjadi biang keladi di balik peningkatan volume air hujan yang kini tak terbendung.
“Ini dugaan kuat adanya aktivitas perusahaan perkebunan kelapa sawit sehingga bisa berdampak ke masyarakat seperti ini,” tambah Pur, mewakili keresahan yang bergulir di antara warga. Mereka meyakini, ekspansi sawit telah mengorbankan keseimbangan ekosistem, mengubah daya serap tanah, dan pada akhirnya, membanjiri permukiman.
Tak hanya itu, infrastruktur drainase yang seharusnya menjadi benteng terakhir juga ikut ambruk. Saluran-saluran air di sepanjang jalan mengalami penyempitan parah, menjadikannya tak ubahnya parit kecil yang tak sanggup menampung amukan debit air saat hujan lebat.
Kombinasi fatal antara dugaan dampak lingkungan dari aktivitas perkebunan dan buruknya sistem drainase ini menciptakan resep sempurna bagi bencana banjir yang terus menghantui.
Warga dan pengguna jalan kini menyuarakan tuntutan yang sama, perhatikanlah kami! Mereka mendesak pemerintah daerah Kabupaten Konawe dan pihak-pihak terkait untuk segera membuka mata dan mencari solusi konkret.
Peninjauan kembali dampak lingkungan dari aktivitas perkebunan sawit menjadi harga mati, diikuti dengan normalisasi saluran drainase yang tak bisa ditawar lagi.
Harapan kini digantungkan pada keseriusan pemerintah. Akankah Jalan Poros Kendari-Kolaka di Kecamatan Anggalomoare terus menjadi “sungai” dadakan setiap hujan, ataukah jerit warga akan didengar, dan aspal akan kembali menjadi jalan, bukan genangan yang mengancam? Hanya waktu dan tindakan nyata yang akan menjawab.(Red/Inal).