LINTASSULTRA.COM | KONAWE – Setiap kali hujan deras mengguyur, cemas dan ketakutan kembali menyelimuti warga dua desa di Kecamatan Anggalomoare, yaitu Desa Anggalomoare Jaya dan Desa Anggalomoare.
Banjir yang tak kunjung usai menjadi momok yang menghantui, mengikis harapan akan kehidupan normal. Di tengah keputusan ini, Camat Anggalomoare, Rusmin Suleman Alaska, S.IP, berdiri di garis depan, berjuang tanpa henti mencari solusi, meskipun rintangan dan janji-janji tak terealisasi terus membayangi.
Dilantik pada 22 November 2022, Camat Rusmin langsung dihadapkan pada realitas pahit ini di awal tahun 2023. Laporan banjir yang menimpa warganya segera menjadi prioritas utamanya. Tak buang waktu, ia langsung terjun ke lapangan bersama tokoh masyarakat dan aparat desa.
Peninjauan yang dilakukan di tengah guyuran hujan lebat mengungkap akar masalah, volume air yang melimpah ruah dari area perkebunan sawit PT. HARLITAMA AGRI MAKMUR (HAM) di Desa Puuloro dan Bondoala, Kecamatan Sampara.
“Besarnya volume air yang turun dari perkebunan sawit menjadi penyebab utama banjir ini,” tegas Camat Rusmin, menjelaskan hasil investigasinya.
Sebagai langkah awal, Camat Rusmin segera menyurati PT. HARLITAMA AGRI MAKMUR Pertemuan krusial pun digelar di Balai Desa Anggalomoare, mempertemukan unsur Forkopincam, pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan aparat desa dari kedua desa terdampak.
Dari pertemuan tersebut, secercah harapan muncul. Pihak perusahaan menyepakati pembangunan bendungan mini di bawah perkebunan sawit untuk menampung air. Namun, rencana normalisasi kali sepanjang 500 meter, yang sedianya menjadi langkah lanjutan, ditolak mentah-mentah oleh masyarakat. Kekhawatiran akan semakin besarnya volume air yang masuk ke perkampungan menjadi alasan penolakan tersebut.
Tidak menyerah, Camat Rusmin kembali menyurat ke Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Tenggara dan Balai Wilayah Sungai (BWS). Hasilnya, BPJN memberikan solusi awal berupa pengerukan lumpur dan sampah di sepanjang drainase menggunakan alat manual. Sebuah upaya yang dirasa belum maksimal, mengingat skala masalah yang dihadapi.
Sebagai perpanjangan tangan Bupati dan Wakil Bupati, Camat Rusmin Suleman telah menguras tenaga dan pikiran untuk berkoordinasi dan berkonsultasi dengan berbagai pihak terkait. Ia bahkan tak henti-hentinya mengangkat isu banjir ini dalam setiap rapat koordinasi di tingkat kabupaten. Namun, hingga kini, solusi konkret dari BPJN selaku penanggung jawab jalan nasional dan drainase masih jauh dari harapan.
“BPJN hanya sering turun mengambil atau meminta dokumentasi saat banjir, dan memberikan harapan semu kepada masyarakat,” keluh Camat Rusmin dengan nada prihatin. “Mereka bilang tahun 2024 akan diperluas drainase di lajur kanan aspal menuju Kota Unaaha, tapi sampai hari ini belum juga terealisasi.”
Di tengah lambannya respons dan janji-janji yang tak kunjung ditepati, Camat Rusmin tak pernah berhenti turun langsung ke lapangan. Melihat kondisi warganya yang tertimpa musibah, ia memberikan penguatan dan empati, menjadi penyemangat di kala duka. Baginya, kehadiran langsung di tengah masyarakat adalah bentuk kepedulian yang tak bisa digantikan.
Perjuangan Camat Rusmin Suleman adalah cerminan dari kegigihan seorang pemimpin yang berdedikasi. Namun, tantangan banjir di Anggalomoare juga menjadi pengingat akan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan komitmen nyata dari semua pihak terkait untuk mengatasi permasalahan yang telah lama menghantui masyarakat.
Akankah janji-janji akan segera menjadi kenyataan, ataukah warga Anggalomoare harus terus bersabar menghadapi genangan air yang tak kunjung usai? Harapan kini ada di pundak para pembuat kebijakan.(*).