Ameroro–Baruga Didiskualifikasi, Begini Penjelasan Camat Uepai

  • Share
Ketgam: Suasana pertandingan sepak bola antara Desa Ameroro dan Baruga.

LINTASSULTRA.COM | KONAWE – Polemik yang terjadi antara Tim Sepak Bola Desa Ameroro dan Panitia Penyelenggara Turnamen Sepak Bola Antar Desa di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kini menjadi sorotan publik.

Keputusan sepihak panitia yang mendiskualifikasi Tim Ameroro dan Baruga dinilai janggal, bahkan menyeret nama aparat kepolisian dalam perdebatan.

Kapolsek Lambuya, IPTU Wayan Sumanik, S.H., M.M., menegaskan bahwa soal jaminan keamanan sepenuhnya menjadi tanggung jawab panitia sesuai aturan yang telah disepakati dalam rapat awal.

“Terkait keamanan, Polsek Lambuya selalu hadir melakukan pengamanan di setiap jalannya pertandingan. Tapi kalau ada hal-hal yang berisiko, keputusan tetap ada di panitia. Kalau eskalasi meningkat, panitia harus meminta bantuan pengamanan tambahan ke Polres,” ujarnya.

IPTU Wayan juga mengingatkan bahwa personel Polsek Lambuya sangat terbatas, hanya tujuh orang, sementara wilayah hukumnya mencakup dua kecamatan, yakni Lambuya dan Uepai.

“Kalau kerawanannya tinggi, saya sudah arahkan agar panitia ajukan permintaan resmi ke Polres. Jadi tidak bisa semua dibebankan ke Polsek,” tegasnya.

Sementara itu, Camat Uepai, Masrul, menegaskan bahwa keputusan diskualifikasi kedua tim merupakan kewenangan penuh panitia. Ia mencontohkan, pada tahun lalu juga pernah terjadi kasus serupa di mana tim terpaksa didiskualifikasi akibat keributan.

“Informasi yang saya terima, kedua pihak sempat dipertemukan dan sudah ada kesepakatan bahwa pemain yang berkonflik tidak diikutkan dalam pertandingan ulang. Tapi masalahnya, Kepala Desa Baruga tidak siap menjamin keamanan timnya jika bertanding lagi. Kapolsek juga tidak mau menanggung risiko, bahkan meminta panitia menandatangani surat pernyataan bermeterai jika pertandingan ulang tetap digelar. Jelas panitia tidak berani ambil risiko,” ungkap Masrul.

Akhirnya, dengan alasan keamanan yang tidak bisa dijamin, panitia mengambil keputusan ekstrem dengan mendiskualifikasi kedua tim sekaligus.

“Kalau saya pribadi tidak ada masalah, tapi Kepala Desa Baruga tidak mau ambil risiko, begitu juga Kapolsek. Jadi panitia juga ikut tidak berani. Inilah yang menjadi dasar keputusan,” pungkasnya.

Keputusan ini pun menuai protes keras dari kubu Ameroro yang merasa dirugikan. Mereka menilai panitia telah gagal menjalankan perannya dan justru melempar tanggung jawab ke pihak lain. Polemik ini diperkirakan akan terus berlanjut karena dianggap mencederai semangat sportivitas dan keadilan dalam turnamen antar desa tersebut.(Red/Inal).

  • Share
Exit mobile version