Penulis : Ashari, Direktur eksekutif eXplor Anoa Oheo
LINTASSULTRA.COM | Antara gula dan hutan menjanjikan investasi manis peletakan industri pertambangan, dalam koridor konservasi hutan walaupun sedikit kepahitan, ada saja pemanis alternatif untuk meyakinkan masyarakat Konawe Utara.
Masalah dasarnya masih tetap sama, koorporasi atau perusahaan terus mencari jalan pintas untuk mendulang keuntungan besar dalam waktu singkat. Jika tawaran demikian datang yang pertama sebaiknya diteliti adalah dimana letak lokasi pertambangannya atau proyek rencana kawasan industri nya.
“Hanya saja kadang banyak masyarakat yang keburu tergiur dengan bunga imbal hasil selangit dan melupakan elemen penting . Efeknya wajar tawaran investasi yang tidak jelas masih menjamur di Bumi Oheo tercinta.
Rendahnya pendidikan dan informasi masyarakat mengenai bahaya penipuan berkedok investasi juga menjadi kendala terbesar untuk memberantas tawaran investasi ilegal. Masih banyak masyarakat Indonesia pada umumnya dan terkhusus rakyat konut yang dengan mudahnya ditipu apalagi biasanya tawaran serupa datang dari tokoh atau sosok yang dikenal dan dipandang di tengah masyarakat sekitar. Sehingga lebih mudah menghimpun dan mengajak untuk bergabung.
Apalagi investasi ilegal cenderung menyasar masyarakat kelas menengah ke bawah dengan latar pendidikan yang memang kurang. Celah besar ini lah yang menjadikan investasi ilegal masih mendapat ruang untuk tumbuh.
“Ibaratnya seperti ada gula ada semut, di mana ada ketertarikan masyarakat maka tawaran akan terus bermunculan.
Sebut saja PT. Tiran Indonesia yang merupakan perusahaan milik mantan Menteri Pertanian RI pada kabinet Indonesia bersatu jilid I. Bagi-bagi logistik ” Sentuhan Manis ” berupa Gula dengan kemasan karung/plastik berlabel Tiran group, tentu nya sesuatu momen bahagia di tengah masyarakat Lasolo kepulauan, yang merupakan wilayah proyek strategis Nasional ( PSN ) yang di canangkan pemda konut serta direncanakan oleh PT. Tiran sebagai kawasan industri nya.
Ashari, Direktur eksekutif eXplor Anoa Oheo ( EXOH ) ada rasa suka dan duka menyelimuti hingga firasat yang sama jika dibandingkan model rekayasa politik bisnis PT. Aneka Tambang ( Antam ) site konut, justru program bagi-bagi tas sekolah, logistik, Mie instan dan telur hanya sebatas kamuflase, obat Telinga agar masyarakat konut tidak menagih akan janjinya membangun pabrik.
Menyikapi persoalan Investasi PT. Tiran Indonesia, kurang lebih tiga tahunan operasi tambang nya berjalan di wilayah konsesi IUP ekploitasi site Lemuru kecamatan Langggikima, hal yang wajar kemudian menggelontorkan berkarung-karung Gula sebagai Coorporate Social Responsibility ( CSR ) nya, bukan lalu kemudian menjadi Pemanis ” Wacana Smelter ” untuk modus tertentu menguasai potensi lahan tambang seluas 500 Ha yang merupakan eks konsesi IUP PT. Celebes Mineral yang telah dinyatakan di cabut atau diputihkan oleh pemerintah provinsi sebagai otoritas pemerintah pusat.
Sebagai pemerhati pertambangan kami tidak akan diam terus menyuarakan serta mengawal apalagi bicara soal peletakan industri pertambangan di wilayah kami. Keberhasilan pemerintah daerah tidak terlepas adalah suatu kemerdekaan bagi kami dan seluruh masyarakat Konawe Utara. Jika sebaliknya gagal, juga bagian dari dosa kami. Tentunya kami sangat pesimis dan curiga besar dengan keberadaan PT. Tiran. Dilapangan sudah action ternyata belum pernah melakukan Sosialisasi atau diskusi publik, apalagi di lokasi tersebut terdapat lahan Areal Penggunaan Lain ( APL ) akan lebih fatal jika di terobos akan mengundang kerawanan konflik horisontal.
Pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur Sulawesi tenggara agar lebih hati-hati dan selektif dalam mengeluarkan kebijakan bukannya mengambil kesempatan. Seharusnya gubernur sulawesi tenggara se segera mungkin melaksanakan rekonsiliasi pada Lahan-lahan koridor ataupun areal IUP yang telah di putihkan dengan membuka lelang terbuka serta memberikan kesempatan baik Perusahaan Daerah maupun kepada kompotitor pengusaha lokal yang sudah matang secara tehnis dan finansial.(***)