Akibat Corona dan Musim Hujan, Harga Cabai Petani di Butur Anjlok

0
499

LINTASSULTRA.COM | BUTUR – Petani cabai mengeluh karena hasil panen yang biasanya laku dengan harga jual 25.000 ribu rupiah per kilo gram, kini hanya bisa di pasarkan dengan harga 10.000 per kilo gramnya.

Sebelumnya masyarakat lokal petani cabai di Buton Utara (Butur) tidak pernah berfikir untuk menanam cabai karena mayoritas menanam sinkong, ubi jalar, jagung, padi dan pisang. Untuk jenis tanaman itu, hasil panennya hanya bisa memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Inspirasi menanam cabai itu mereka peroleh dari berita-berita online seperti nonton di YouTube, media cetak, media sosial ataupun media elektronik, sehingga petani tersebut mencoba mempraktekkan dan hasilnya lumayan memuaskan.

Saat jurnalis media Lintas Sultra mengunjungi lahan kebun cabai di Desa Morindino Kecamatan Kambowa, Kamis(16/7/2020) seorang petani La Inong menuturkan, dulu mereka menanam cabai ini karena hasil dari jualan cabai bisa untuk biaya anak-anak sekolah, menabung sedikit-sedikit karena harganya cukup lumayan dan tidak pusing dengan panennya karena ada karyawan yang digaji.

Selain itu tanaman cabai ini tidak diganggu binatang seperti babi atau monyet sehingga tak perlu memagarinya.

Kata petani itu, cabai ini tanaman yang menjanjikan dan tidak repot karena berbuah terus selama dua tahun tetapi dengan adanya corona ini harga cabai anjlok diakibatkan jalur transportasi laut aksesnya ditutup sehingga hasil panen tidak bisa kita kirim ke kota-kota penggemar cabai seperti di Maluku, Palu, Surabaya dan kota lain serta rumah-rumah makan yang ada di Baubau.

Masih belum berjalan normalnya harga cabai antara lain adalah akibat wabah Covid-19. Kemudian itensitas hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi harga cabai. Akibatnya petani merugi dan hanya pasrah menerima kenyataan.

“Kami petani cabai tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain ikhlas dan berdoa semoga wabah Covid -19 ini cepat berlalu dan harga tanaman cabai kembali normal karena disitulah mata pencaharian kami, “ujar petani lain lain yang minta namanya tidak ditulis. (Red/Lis).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here