LINTASSULTRA.COM | KONAWE – Kabar baik datang bagi sektor perikanan dan ketahanan pangan Kabupaten Konawe. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe kini fokus mempercepat pembangunan Balai Benih Ikan (BBI) baru yang dipusatkan di Kecamatan Anggaberi.
Di bawah arahan Bupati Yusran Akbar dan Wakil Bupati Syamsul Ibrahim, rencana ini bukan sebatas gagasan. Tahapan studi kelayakan telah dimulai, sementara lahan seluas 2,3 hektare sudah terbebas dari persoalan pembebasan dan siap untuk memasuki proses pembangunan fasilitas benih ikan modern yang akan menopang kebutuhan para pembudidaya di berbagai kecamatan.
Komitmen Pemkab Konawe dalam memperkuat sektor perikanan tampak jelas melalui percepatan pembangunan BBI Anggaberi. Program ini sejalan dengan Astacita Presiden Prabowo Subianto dan kini bergerak memasuki fase penting melalui penyusunan studi kelayakan.

Seminar awal penyusunan studi kelayakan digelar di Aula Inspektorat Konawe pada Senin (17/11/2025). Kerja sama antara Pemkab Konawe dan LPPM Universitas Halu Oleo (UHO) yang telah diikat melalui MoU melibatkan seluruh OPD terkait, menandai pendekatan yang lebih ilmiah dan terintegrasi.
Ketua Tim Ahli Studi Kelayakan, Dr. Ir. Muammar Makmur, S.T., M.Eng, menjelaskan bahwa mereka tengah menyelesaikan penyusunan dokumen pendahuluan. “Studi kelayakan menjadi dasar penting dalam merancang infrastruktur yang efektif,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa analisis ekonomi, sosial, dan lingkungan menjadi aspek utama. “Letak Konawe berada di pusat wilayah penyangga regional. Ini adalah keunggulan kuat untuk menjadikannya lumbung pangan, termasuk bidang perikanan,” katanya.
Setelah seminar awal, tahapan berikutnya adalah seminar akhir. Jika dinyatakan memenuhi syarat, pembangunan akan berjalan ke penyusunan DED sebelum berlanjut ke proses konstruksi.
Menurut Sahruddin, S.Pi., M.Si, perwakilan Dinas Perikanan Konawe, BBI yang sebelumnya berlokasi di Abelisawa sudah kurang layak karena kualitas air menurun. Hal inilah yang menguatkan keputusan membangun BBI baru.
“Pelaku budidaya tersebar di 28 kecamatan. Anggaberi terletak di pusat wilayah sehingga lebih efektif untuk pelayanan,” jelasnya.

Selain posisi yang strategis, Anggaberi memiliki keunggulan pasokan air yang stabil melalui Irigasi Wawotobi dan Ameroro. Kawasan ini juga dinilai berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata edukasi sekaligus zona retensi air. “Manfaat jangka panjangnya akan mendorong tumbuhnya pelaku usaha baru dan meningkatkan kesejahteraan,” tambahnya.
Camat Anggaberi, Latif Surangga, SH, memastikan bahwa lahan yang digunakan telah sepenuhnya dibebaskan. “Alhamdulillah, seluruh proses ganti rugi telah selesai. Tidak ada masalah lagi,” tegasnya.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Lurah Anggaberi, Adnan, S.Sos. “Lokasi yang disiapkan mencapai 2,3 hektare, seluruhnya milik warga dan proses pembebasan sudah tuntas.”
Tuntasnya proses pembebasan lahan menjadi penanda penting bahwa proyek BBI Anggaberi telah melewati hambatan yang kerap menjadi kendala pembangunan infrastruktur.
Dengan kombinasi dukungan masyarakat, kesiapan pemerintah daerah, dan kajian akademis dari UHO, pembangunan BBI Anggaberi kini berada pada jalur yang jelas dan terarah. Proyek ini diproyeksikan mampu memperkuat penyediaan benih ikan berkualitas, mengurangi ketergantungan dari luar daerah, serta berkontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan Konawe. (Red/Admin).













