Adakan Pelatihan ‘Tolea Pabitara’, Kades Tetehaka: Untuk Jaga Kelestarian Budaya

0
652

LINTASSULTRA.COM | KONAWE – Sebagai wilayah dengan mayoritas penduduk beretnis Tolaki yang dikenal dengan budaya Kalo Sara, Desa Tetehaka, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), berhasil memanfaatkan Dana Desa (DD) untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan Tolea Pabitara (juru bicara adat).

Kepala Desa Tetehakan, Akip, menjelaskan perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi minat generasi X atau kaum milenial dalam menjaga dan melestarikan budayanya. Bahkan kebanyakan milenial saat ini enggan untuk mempelajari bahkan gensi untuk menjadi Tolea Pabitara.

Secara harfiah Tolea Pabitara sendiri kata Akip, tidak hanya menjadi juru bicara adat, tetapi ia juga kerap menjadi juru runding dalam kegiatan peminangan dan atau pernikahn yang oleh sebagian orang dianggap rumit.

“Dalam program ini kami memprioritaskan garis keturunan Tolea Pabitara, karena dalam adat tolaki seseorang yang menjadi pabitara haruslah memiliki garis keturunan leluhur kami yang tugasnya adalah tolea pabitara, sebab ada filosofi dalam budaya yang mengatakan bahwa jika bukan keturunan maka akan bala yang menimpa pabitara tersebut, utamanya dalam hal pernikahan,” Kata Akif kepada awak media di rumahnya, Minggu (02/5/2021)

Kegiatan ini kata Akif, ada 14 orang warga Desa Tetehaka yang mengikutinya dan dimentori langsung oleh Puutobu (petinggi adat wilayah kecamatan), yang juga pengurus aktif Lembaga Adat Tolaki (LAT) Kabupaten Konawe.

“Setelah pelatihan ini, seluruh peserta masih akan terus di mentori oleh tetua adat, agar dalan melaksanakan adat bisa berjalan sesuai dengan urutannya,” Ujarnya.

Sementara itu, salah seorang peserta Alman mengaku mengapresiasi langkah pemerintah desa dalam menjaga dan melestarikan budaya khususnya Tolaki yang merupakan etnis mayoritas di desa tersebut.

Alman menyebutkan, akibat perkembangan teknologi seperti saat ini, minat masyarakat dalam mempelajari budaya sudah sangat minim, hal ini menjadi kekahwatiran tersendiri, apa lagi peran tolea pabitara sangat sentral dalam segala aspek adat.

“Program ini sangat penting, karena saat ini kadang kami masyarakat biasa kesulitan mencari tolea pabitara jika ada acara adat. Dengan adanya pelatihan ini mudah-mudahan kesulitan itu tidak ada lagi, mewakili masyarakat kami mengapresiasi dan mendukung program ini, semoga kedepan program-program seperti ini dapat terus dilaksanakan,” Tutup Alman. ***

>

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here